Langsung ke konten utama

Diskursus Tak Terbatas

"Mengapa ruang publik belakangan ini penuh dengan perdebatan lawas tentang relasi agama, Negara dan Islam, pluralism, inclusivisme agama hingga Islam dan pancasila kembali diperhadapkan. Bukankah sudah final?".
Itulah sedikit celoteh salah satu teman FB ku yang kalau diperhatikan ada benarnya juga walau sebenarnya tak ada barometer jelas tentang kata “final” karena boleh jadi ia sebagai pengingat/rambu dalam menentukan sikap.
Memang salah satu faktornya adalah modernisasi media informasi dan komunikasi. Pesatnya laju perkembangan IT yang menawarkan kemudahan, cepat, murah dan dikonsumsi publik berdampak pada terbukanya peluang diskursus tak terbatas.
Permasalahannya bukan pada media tapi pengguna. Publik sering kali “gagap” dan inconscious dalam menerima/mengelola sebuah informasi karena sudah sangat langkah orang-orang yang berpikir kritis/Tabayyun seperti kembali membuka lembaran karya ilmiah, korek informasi pembanding, dan sebagainya.
Hannah Arendit menyebutkan “massa” akan sangat mudah disetir dan digiring karena dua hal; tumpulnya hati nurani dan ketidakmampuan berpikir kritis.
Pengguna IT khususnya media sosial sekarang ini memang mudah digiring karena lebih memilih metode instan, jangankan buku induk, buku saku pun mulai ditinggalkan. Selain itu, tumpulnya nurani (disorientasi hati) menambah kegaduhan seantero negeri ini. Prioritas mereka hanya pada sebuah “status/posting” tak bersumber dan kabur.
Fenomena ini tidak hanya melanda kaum awam tapi sudah merangsek ke alam akademisi. Entah apakah bertujuan agar lebih terkenal dengan melempar informasi yang dia sendiri belum menguji, sekedar iseng mengisi jadwal tulis status, ingin dikategorikan golongan yang selalu update informasi atau jangan-jangan hanya obsesi. (menurut riset, 8 dari 10 orang yang menshare, hanya tahu judul dan belum tuntas membaca apa yang ia share)
Media sosial yang menciptakan virtual reality memang memiliki efek positif jika kita cerdas menggunakannya namun hati-hati kalau sebaliknya karena ia juga berpotensi pada realitas sosial (hard reality).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Togel dari Kacamata Probabilitas

Sudah tak asing lagi telinga ini mendengar percakapan orang-orang di sekaliling membahas judi angka (Togel), lama-lama aku jadi penasaran dan akhirnya memberanikan diri tuk bertanya cara atau aturan main serta berapa hadiah yang didapatkan. Tanpa ragu bahkan semangat 45 (heheh kin terlalu lebay kosakatanya) teman tadi panjang lebar menjelaskan. "Kita tinggal memasang 2, 3, atau 4 angka, jadi misalnyo keluar 2 angko, kito dapat hadiah duit Rp. 60.000,- dipotong pajak" masih juga belum jelas, akupun bertanya lagi, "pernah dak yang keluar tu angko dobel", lalu dijawabnya "biso bae, malah kadang angko minggu kemaren biso keluar lagi". Alhamdlh setelah mendengar jawaban tadi aku mulai sedikit banyak dapat data (deret angka 0 - 9, dicari kemungkinan muncul pasangan 2, 3 dan 4 angka dan boleh berulang. 2 angko dapat 60.000). Selama perjalan pulang, aku teringat dengan pelajaran waktu SMA dulu tentang bab peluang walau saat itu saya termasuk

Benarkah Logika Tanpa Logistik Akhirnya Pasti Anarkis?

Istilah mirip-mirip di atas sepertinya lumrah kita dengar, entah sebagai ungkapan yang menggambarkan kekecewaaan karena tertolaknya anggaran atau ketika terjadi stagnan karena dipengaruhi kecemburuan social. Mari kita urut satu persatu   smile emotikon . Kalau menurut Wikipedia, logika berasal dari bahaya Yunani (Logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam Bahasa. Tapi biar lebih seru bisa kita modifikasi dikit deh  smile emotikon , logika adakah hasil pikiran yang digambarkan pada kata dan perbuatan. Terus gimana dengan logistik?, logistik bisa kita artikan dengan materi seperti dana, fasilitas, infrastruktur, dan lain sebagainya tidak terkecuali unsur-unsur immaterial lainnya. Terakhir anarkis, kalau kata ini sih pasti lancar dan fasih diucapkan oleh pejabat dan penegak hukum. Anarkis bisa kita artikan sebagai perbuatan tanpa dipimpin dan terpimpin yang berdampak negatif dan bersinggungan dengan norma serta tata atur

Jodoh

Suatu pagi, datanglah salah satu sahabatku yang menceritakan perjalanan jodohnya, walau ia bercerita sambil tersenyum dan sesekali tertawa, namun terlihat jelas rasa risau dan kegalauannya. Sahabatku, Jan gan berputus asa dan Nyakinlah akan ketetapanNya . "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar Rum 21). dan, semoga syair lagu ini bisa sedikit mengobati rasa galau dan menjadi stimulan dalam pencarian : Bunga tidak sekuntum di dalam taman Kumbang tidak seekor yang akan datang Dunia tidak sebesar telapak tangan Janganlah kau risau tak dapat pasangan Angin segar bertiup pagi dan petang Jodoh pasti bertemu setiap insan Tak usah kau bersedih, kesal dan bimbang Pasti suatu hari jodoh akan dat