Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Diskursus Tak Terbatas

"Mengapa ruang publik belakangan ini penuh dengan perdebatan lawas tentang relasi agama, Negara dan Islam, pluralism, inclusivisme agama hingga Islam dan pancasila kembali diperhadapkan. Bukankah sudah final?". Itulah sedikit celoteh salah satu teman FB ku yang kalau diperhatikan ada benarnya juga walau sebenarnya tak ada barometer jelas tentang kata “final” karena boleh jadi ia sebagai pengingat/rambu dalam menentukan sikap. Memang salah satu faktornya adalah modernisasi m edia informasi dan komunikasi. Pesatnya laju perkembangan IT yang menawarkan kemudahan, cepat, murah dan dikonsumsi publik berdampak pada terbukanya peluang diskursus tak terbatas. Permasalahannya bukan pada media tapi pengguna. Publik sering kali “gagap” dan inconscious dalam menerima/mengelola sebuah informasi karena sudah sangat langkah orang-orang yang berpikir kritis/Tabayyun seperti kembali membuka lembaran karya ilmiah, korek informasi pembanding, dan sebagainya. Hannah Arendit menyebut