Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

UNTUKMU YANG BERULANG TAHUN

Sudah lama memendam puing masa lalu, tak disangka pada akhirnya ku bongkar lagi sisa-sisa kenangan masa remaja yang didominasi warna abu-abu. Google Foto Datang salah satu siswa lengkap dengan ciri khasnya, penuh senyum, energik, menarik dan optimis jalani masa sekolah. Sesaat setelah menyapa, ia pun langsung meminta untuk diucapkan selamat ulang tahun serta embel-embel hadiah J . Sedikit ku goda dengan pura-pura mengacuhkannya, walaupun beberapa hari sebelumnya ia sendiri yang bocorkan kapan hari istimewanya itu. Hhmmm… cantik, lugu, muslimah dan matanya begitu dalam seakan menampung banyak rahasia kehidupan. Mungkin anak ini tipikalnya susah untuk berbagi dan ingin menyelesaikan sendiri tiap permasalahan yang dihadapi. Sosok yang cukup menarik… Hhmmm…. Gadis mungil berparas cantik nan lumayan cukup menawan. Beruntung juga siapa yang bakal jadi pendamping hidupnya, hehehe awas nanti dibaca sang istri dirumah :P. wkwkwk Karena masih keluh menggetarkan li

Diskursus Tak Terbatas

"Mengapa ruang publik belakangan ini penuh dengan perdebatan lawas tentang relasi agama, Negara dan Islam, pluralism, inclusivisme agama hingga Islam dan pancasila kembali diperhadapkan. Bukankah sudah final?". Itulah sedikit celoteh salah satu teman FB ku yang kalau diperhatikan ada benarnya juga walau sebenarnya tak ada barometer jelas tentang kata “final” karena boleh jadi ia sebagai pengingat/rambu dalam menentukan sikap. Memang salah satu faktornya adalah modernisasi m edia informasi dan komunikasi. Pesatnya laju perkembangan IT yang menawarkan kemudahan, cepat, murah dan dikonsumsi publik berdampak pada terbukanya peluang diskursus tak terbatas. Permasalahannya bukan pada media tapi pengguna. Publik sering kali “gagap” dan inconscious dalam menerima/mengelola sebuah informasi karena sudah sangat langkah orang-orang yang berpikir kritis/Tabayyun seperti kembali membuka lembaran karya ilmiah, korek informasi pembanding, dan sebagainya. Hannah Arendit menyebut

Let's Talk With Heart

Malam itu setelah makan, dgn lugu nya si Adek berkata "Untunglah ya jadi anggota keluarga ini, bukan keluarga orang lain" Dengan sedikit kaget aku tanya apa maksud nya berkata begitu "Ibu nya si A (teman main nya) suka marah2, kalau manggil teriak2, suka mukul" Katanya lagi. Dengan masih takjub karena tidak menyangka anak usia 5 th bisa ngomong seperti itu, ku dengarkan lagi perkataan si Ayuk. "Iya mi, kemarin aja pas kami main di lapangan ibu nya teriak2 sampe kdengaran kemana2, itu kan buat orang jadi malu, merendahkan harga diri anak" What? Harga diri? Darimana si Ayuk belajar kata itu... Dengan tak bisa menahan senyum Aku mencoba menimpali "Itu karena anak nya nakal kali, gak nurut jadi ibu nya marah, atau mungkin ibu nya lagi kecapekan" Mereka berdua terdiam, entah karena setuju atau entahlah, mereka tidak bertanya lebih lanjut. Obrolan singkat malam itu membuat ku sadar akan satu hal, bahwa ternyata anak merekam den