Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Trik Klasik

Pasca kembali dari tanah Pasundan Jawa Barat, tak ayal diserbu oleh anak didik lengkap dengan nada yang sama "Ustad.... mana oleh2nya  :) ", hhmmm...... pertanyaan klasik dan terpaksa harus dijawab dengan klasik pula  :) "Yang mau oleh2, silakan duduk dulu dengan rapi  :)  ", sahutku dengan penuh harap. Tak lama semua sudah duduk manis berwajah lugu nan penuh senyum, aku pun mulai bercerita "Sebenarnya, ustad sudah beli semua oleh2 untuk kalian, mulai dari baju sampai pernak-pernik lainnya, tetapi tidak disangka sama sekali, saat ditengah laut tepatnya selat Sunda, tiba-tiba badai menerpa dan membuat kapal terombang-ambing". kala itu sayup terdengar dari pengeras suara sang nahkoda berkata, "Kepada semua penumpang, saat ini kita diterjang badai, demi keselamatan penumpang dan kapal, mohon kerjasamanya untuk membuang semua barang bawaannya ke laut agar mengurangi beban kapal". dan akhirnya dengan sangat terpaksa ustad buang semua bara

SEJARAH; DIUSIK DIKIT PASTI BERISIK

Baru-baru ini teman seprofesi bertanya "mengapa sejarah selalu di usik dan jadi perdebatan?". Setengah bercanda ku jawab "wajar saja karena jangankan kita, yang menjadi pelaku atau mereka terlibat langsung dalam sejarah saja pasti mengemukakan pendapat yang berbeda". Hal itu sangatlah lumrah karena sejarah ibarat mata uang yang memiliki 2 sisi bertolak belakang dan masing-masing sisi melahirkan opini yang tidak dapat dipisahkan. Perdebatan sejarah apapun itu baik organisasi, lembaga atau mungkin negara sekalipun pasti tidak akan habis-habisnya. Sakin sensitifnya semakin diusik akan makin berisik. Memang, selain mengetahui asal usul, dengan mempelajari sejarah kita akan mengetahui dan berusaha mewujudkan mimpi-mimpi orang terdahulu yang belum terealisasikan. Dengan mempelajari sejarah (terdapat distorsi atau tidak), kita akan mengetahui peradaban kehidupan masa lalu, sehingga jika ada keburukan/kekurangan dikala itu dapat dibenahi sesua

KANJENG, AKAL DAN HATI

Karismatik dan alibi peretas videotron sepertinya tidak mampu menggeser rate topik nasional kasus yang menerpa Kanjeng Dimas Taat Pribadi (Desa Wakal Kec. Gading Kab. Probolinggo). Kasus penipuan dengan maksud menggandakan uang berkedok padepokan, jelas menggetarkan tanah persilatan. Mulai dari banyaknya pengikut (ribuan) yang mempercayai kalau sang Kanjeng mampu mencetak uang layaknya sebuah bank sampai link-link terbangun kepada tokoh dan elit nasional. Sebelumnya, padepokan Brajamusti juga menghiasi layar tv dengan topologi korban yang hampir sama, rakyat biasa, artis, elit politik dan publik figur yang secara tak langsung menyibak tabir tipikal rakyat dari jelata sampai Petahana yang masih menganggap kekuatan uang (the power of money) adalah satu-satunya solusi menggapai keinginan. Wajar saja banyak pejabat dan para intelektual terjerembab dalam kasus penyalahgunaan uang demi kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya (korupsi). Tentu kita tidak bi