Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

ROMANTISASI AGAMIS

"Aku mencintaimu karena Allah", "ya Allah ridhoilah jalinan kasih kami", "ya Allah jagalah pacarku disana" dsb. Mungkin tak asing lagi kita mendengar/membaca rangkaian kata yang lebih kurang serupa dengan yang diatas. Ya, biasanya sih kalimat itu sering tertempel pada wall FB remaja intelektual yang lagi kasmaran. Sayangnya, tidak sedikit hal tersebut hanyalah s ebatas retorika indah tanpa realisasi lanjutan khususnya dalam aspek amal perbuatan. Begitu kontrasnya terlihat jelas pada etika mereka. Tak terhitung lagi berapa kali bersua serba dua, makan berdua, duduk berdua, jalan berdua, nonton berdua, foto berdua, pegangan tangan berdua (hehe ado yg ngomong klo betigo pulok berarti nak usum, hhmm lah bener pulok), sikok lagi kepalangan kalo janjian nak di gua (gkgkgk...). Tak terhitung juga berapa rupiah dihabiskan untuk pulsa dalam rangka membangun komunikasi basi (katanya sih silaturrahmi) tapi mengotori hati. Masalah buat lho?, &q

DemoKrasi VS DemoRabby

Setelah mengikuti, menyelami, dan merenungkan pelik dan panjangnya prosesi pemilihan wakil rakyat dan pemimpin di negeri ini. Kita pasti dapat menarik satu hikmah pelajaran. Masing-masing kita pasti mencatat yang tentu saja catatannya berbeda satu sama lain. Laksanah seisi kelas yang diperintahkan gurunya untuk membuat karangan bebas, tak ayal tema, alur/plot bahkan metode penulisannya dipengaruhi oleh keadaan hati, emosi, wawasan, imajinasi dan background sosial masing-masing murid. Serunya hiruk pikuk pesta rakyat bangsa ini memang begitu dahsyat dan banyak menguras tenaga, waktu, uang, pikiran bahkan mungkin juga iman. Kedahsyatannya tergambar jelas saat sidang putusan lembaga hukum konstitusi tertinggi NKRI yang mampu mengalihkan pandangan penggemar film "maha dewa dan mahabarata apalagi Hatim" atau jangan-jangan melenakan seorang pencinta burung untuk memandikan burungnya (hahaha.... aidem ngapo laju ke acara flora dan fauna). Namun satu hal yang seja

Coba memahami kata "Ustad"

Mungkin kita sering mendengar pemberitaan tentang seorang ustad yang naik daun (hehehe.... pecak ulat be), terus ada juga ustad yang jadi buah bibir atau bahkan pergunjingan khususnya di media sosial exp "Seharusnya ustad itu bla... bla...bla....", "ustad kok begitu ya..." dll. Anehnya lagi mata kamera terasa lebih tajam ke arah "ustad" ketimbang yang lain. Ada baiknya kita flashback dulu arti kata "ustad" sambil browsing kudai. Kata "ustad" bukanlah berasal dari bahasa arab melainkan Persia (Iran) artinya guru / pengajar / ahli bidang industri / level tertinggi gelar akademisi. Di negara arab sendiri "ustad" diartikan dosen / ahli / akademisi / pakar. Di Mesir, penggunaan kata ustad cenderung ke arah level tertinggi gelar akademisi, jadi misalnya ustad. Sugiyono itu artinya profesor Sugiono, ustazah. Mariyem artinya profesor Mariyem. Jauh berbeda kalau di India, gelar "ustad" diartikan sebaga

Serahkan saja pada Tuhan

Menjelang dua hari pilpres, begitu banyak sms yang masuk. Masing-masing isinya berisyaratkan ajakan untuk memilih salah satu pasangan. Tapi ada juga satu sms yang mengajak untuk boikot atau golput, maklumlah dia salah satu anggota ormas y ang bertentangan dengan sistem demokrasi Indonesia sekarang. "selama ini kita terus memilih pemimpin, tapi kita tidak memikirkan sistem apa yang diembannya. " itu lah sedikit kutipan smsnya. Memang benar, sebelum kita jatuhkan pilihan, sejatinya kita harus mengenal dan paham betul dengan apa yang dipilih. Kita harus memiliki pengetahuan tentang bibit, bebet dan bobot akan calon. Sebelum memilih, kita mestinya telah mengetahui bagaimana akhlak dan kepribadiannya, istrinya ada berapa, rumahnya ada dimana-mana dan seterusnya. Lalu.... kalau kita tidak memiliki pengetahuan tersebut terpaksa memutuskan untuk tidak memilih atau golput....??? Mungkin disinilah kita sedikit disentil oleh TUHAN, sebagai manusia biasa tentu kit

Belajar dari Kisah Marshanda

Ada sesak yang merayap batin setiap kali televisi menayangkan berita tentang artis muda nan cantik jelita “Marshanda”. Bagaimana tidak, publik dibuat terkaget-kaget dengan kejadian-kejadian yang menimpanya. Tidak perlu disebutkan karena saya yakin tidak ada orang yang tidak mengetahui ceritanya. Dari sekian banyak kisah itu ada bepberapa hal yang menyentak perasaan. Salah satunya tentang hubungan Marshanda dengan sang ibu. Apa yang salah ketika seorang ibu turut campur dalam kehidupan putrinya, karena memang begitulah hakikat seorang ibu. Apa yang salah ketika seorang ibu menikmati hasil kerja anak, toh upah mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan tidak akan terbayar dengan bilangan rupiah. Apa yang salah ketika seorang ibu melakukan segala cara untuk melindungi dan menyadarkan anaknya. Apa yang salah? Setiap orang pasti memiliki konflik pribadi dengan orang lain termasuk dengan anggota keluarga. Tapi bagaimana menyikapinya dengan arif itu seharusnya yang

Balada Puasa Minggu Kedua: Kesunyian Ikhlas

Tidak asing kita mendengar lawan bicara yang tukas berujar "Ikhlas sih ikhlas tapi harus ada hitung-hitungannya dong..." atau yang seperti ini "kalau mengingat masa lalu, berat rasanya mau menolo ng..." Malah ada juga yang dengan sedikit ngeles dan berjiwa solidaritas tingkat tinggi plus sedikit racikan provokator, hehehe pecak roti komplit bae "Kalau saya sih ikhlas saja tapi yang saya pikirkan itu teman-teman yang lain..." Ya.. lebih kurang seperti itulah... Memang susah dan sangatlah susah kalau kita mau "Ikhlas". Kata ini mudah diucapkan namun akan sangat sulit diamalkan karena ia adalah intisari dari keimanan seseorang dan kualitas tertinggi akan kemurnian hati. Tapi yang jelas, ikhlas itu tidak butuh basa basi apalagi gaduhnya ceremony. Kalau dewi Justitia tertutup matanya, ciri khas ikhlas adalah tertutup mulutnya. _______________________ Met berbuka puasa, semoga kadar pahala puasa hari ini lebih berat dari kemarin.

BELAJAR DARI SITI HAJAR

Nun berabad lampau, seorang perempuan yang dinikahi oleh Nabi Ibrahim as tanpa banyak bicara mengiyakan saat suaminya meninggalkannya di sebuah tanah tandus nan kering kerontang bersama bayi yang baru dilahirkan. Tanpa rumah, tanpa penerangan, tanpa air, tanpa makanan. Sang nabi hanya membekalinya dengan suatu keyakinan bahwa Sang pemilik hidup akan memberikan kemurahan pada hambaNya yang dekat dan berserah diri. ___________ Wahai saudariku... Bisakah kita bayangkan seandainya perempuan itu adalah kita. Bisakah kita terima saat sang suami meninggalkan kita sendirian di tanah tandus dan tak berpenghuni. Bisakah kita setegar Siti Hajar saat tidak ada apa-apa untuk dimakan, tidak ada siapa-siapa tempat mengadu. Tidak ada rumah yang nyaman untuk tempat berteduh. Hanya Siti Hajar yang mungkin bisa seperti itu. Bandingkan dengan kita yang selalu mengeluh. Mengeluhkan keadaan, mengeluhkan "maisyah" yang diberikan suami, mengeluhkan mengapa tidak bisa seperti ini, seperti itu, seper

DIALOG EDUKASI PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP AKSI KRIMINALITAS DI KABUPATEN OGAN ILIR

Indralaya, 22 Mei 2014 Fenomena kehidupan saat ini sangat beragam dan pastinya menarik untuk dicermati, salah satunya adalah fenomena dekadensi moral. Di era globalisasi saat ini banyak budaya dari luar baik itu yang positif atau negatif masuk. Budaya ini secara otomatis mempengaruhi moral dan perilaku masyarakat dan bisa mengarah ke arah yang dapat menimbulkan penyimpangan (dekadensi moral) dan tindak kriminalitas di kalangan umat manusia sehingga dekadensi moral sudah menjadi hal umum yang ada di tengah masyarakat dunia sekarang. Berbagai penyimpangan norma-norma agama, adat istiadat dan hukum banyak terjadi bukan hanya di kota-kota besar tetapi sudah merambah ke pelosok kabupaten/kota tidak terkecuali di kabupaten Ogan Ilir. Penyimpangan-penyimpangan ini diantaranya kenakalan remaja, tindakan asusila (pelecehan seksual, pemerkosaan dan pencabulan), tindak kriminalitas (perampokan, pembunuhan, penjabretan, pencurian dan lain-lain), pesta minuman keras, perjud

YOUR MOUTH IS YOUR TIGER

S eorang teman dengan berapi-api mengadukan masalahnya. Dia merasa terhina karena dipermalukan di depan orang banyak oleh seorang ibu yang bergelar "Hajjah" dan cukup terpandang didaerahnya. Kejadiannya bermula saat dia menjadi panitia suatu perayaan pernikahan. Sang teman tadi melakukan kesalahan sepeleh. Hanya soal menyusun lalapan di piring prasmanan. Sang hajjah yang kebetulan koordinator konsumsi marah karena merasa susunannya tidak sesuai dan sayur rebusnya terlalu matang. Sang teman tadi merasa begitu sedih karena dimaki-maki depan orang banyak dengan kata-kata pedas yang seharusnya tidak keluar dari mulut seseorang yang pernah bertamu ke rumah Allah. Saking sakit hatinya, dia langsung pulang sebelum perayaan itu berakhir. Saya tidak kaget mendengar cerita itu, karena hal demikian sering terjadi di lingkungan masyarakat kita. Tak jarang kita mendengar komentar-komentar orang tentang si A yang katanya hafal Al-Quran kok kalau marah mulutnya pedas se

NOTHING WRONG OF BEING VILLAGER

Beberapa awktu yang lalu seorang sepupuh menelponku. Ia menanyakan kabar dan kegiatan ku sekarang. Kami bertukar informasi tentang keluarga dan anak-anak. Dari ceritanya baru ku ketahui kalau dia tinggal terpisah dengan suaminya yang yang harus pindah tugas ke daerah. Dia hanya tinggal bertiga dengan anak-anaknya sementara suaminya hanya seminggu sekali berkunjung . Mengingat profesinya yang seorang PNS, saya tanya mengapa tidak ikut mutasi ke tempat suaminya. Dia menolak dengan tegas dengan alasan utamanya karena gaji di daera jauh lebih rendah dari ibu kota provinsi. "biaya sekolah si sulung saja sudah sekian di tambah harus menghentikan kegiatan-kegiatannya yang seabrek, ikut les ini, kursus itu dan sekolahnya yang termasuk sekolah elit, rasanya tidak mungkin untuk meninggalkan itu semua" pungkasnya. Memang ada benarnya apalagi kalau sudah terbiasa dengan gaya hidup di kota. Tentulah keberatan kalau harus pindah ke kota kecil atau bahkan desa. Memecah

Pengawas UN

Hari kedua istri bertugas jadi pengawas UN di salah satu madrasah negeri desa tetangga. Seperti biasa, sang bidadari selalu minta diantar-jemput, hhmmm.... maklumlah walaupun tergolong dekat namun lokasi yang dituju cukup merepotkan atau jangan-jangan aplikasikan prinsip ekonomi mengalibikan hemat waktu dan tenaga, hehehe.... (cupp...dak sah dibahas...:)) Tapi pagi ini sedikit berbeda dibandingk an kemarin, mulai keluar rumah begitu banyak yang menyapa. Anak kecil sampai orang tua, pelajar sampai mahasiswa, pejalan kaki sampai berkendara bahkan ada satu yang berprofesi preman pasar. Tak ayal, klakson motor buntut selalu dibunyikan. Ummi: yang tadi tu siapo Bi..? Abi: oh... itu murid aku di SD (selang beberapa meter....) Ummi: klo yang tadi siapo? Abi: nah... klo yang tadi Abi lupo namonyo, hehehe.. nah...yang barusan tadi preman pasar...gkgkgkg... Ummi: oh pantesan penampilannyo cak gaul nian... (sambil mengencangkan pegangan tangan dipinggang) Abi ni temasuk won

Supernova

"Ia harus berani menghadapi masalah ini, kalaupun hancur pasti ada banyak hikmahnya" Itulah sedikit komentar temanku terkait permasalahan temannya.Terlepas dari maksud yang lain, saya nyakin ungkapan itu menggambarkan sikap perhatian dan kasih sayang yang begitu dalam. Saya jadi teringat dengan ledakan dahsyat suatu bintang yang merubah tatanan galaksi (Supernova). Tetapi ada yang menarik dari ledakan yang menandakan berakhirnya bintang ini, sebelum hancur berkeping-keping dan menjadi debu, ia masih sempat memancarkan cahaya yang berjuta kali lipat cahaya selama masa hidupnya sehingga dapat menerangi satu galaksi bahkan mungkin lebih. Sebelum dan setelah kehancurannya, ia menyumbangkan energi yang besar bagi sekitar dan dapat merubah susunan bintang-bintang baru yang lebih stabil dan teratur. Tidak dipungkiri, terkadang memang susah ketika kita berhadapan dengan satu masalah yang mungkin terberat dalam hidup. Hanya teriakan yang terdengar disaat berbagai usaha telah

Togel dari Kacamata Probabilitas

Sudah tak asing lagi telinga ini mendengar percakapan orang-orang di sekaliling membahas judi angka (Togel), lama-lama aku jadi penasaran dan akhirnya memberanikan diri tuk bertanya cara atau aturan main serta berapa hadiah yang didapatkan. Tanpa ragu bahkan semangat 45 (heheh kin terlalu lebay kosakatanya) teman tadi panjang lebar menjelaskan. "Kita tinggal memasang 2, 3, atau 4 angka, jadi misalnyo keluar 2 angko, kito dapat hadiah duit Rp. 60.000,- dipotong pajak" masih juga belum jelas, akupun bertanya lagi, "pernah dak yang keluar tu angko dobel", lalu dijawabnya "biso bae, malah kadang angko minggu kemaren biso keluar lagi". Alhamdlh setelah mendengar jawaban tadi aku mulai sedikit banyak dapat data (deret angka 0 - 9, dicari kemungkinan muncul pasangan 2, 3 dan 4 angka dan boleh berulang. 2 angko dapat 60.000). Selama perjalan pulang, aku teringat dengan pelajaran waktu SMA dulu tentang bab peluang walau saat itu saya termasuk

Copas copet "SKS"

Beragam perasaan saat membaca satu persatu tugas dari rekan mahasiswa, ada yang sempat membuat kening berkerut, ada yang membuat salut bahkan juga tidak sedikit yang menggelitik. Saya menghormati dan menghargai karya kalian, karena walaupun kesannya melalui sistem kebut semalam tetapi bisa dikategorikan bukti konkrit keseriusan dan penghargaan. __________ ______ Sekedar pesan kecil semoga jadi bahan renungan: Mari sedikit demi sedikit kita kurangi budaya plagiat (copy-paste-edit) karena jika ini sudah jadi kebiasaan maka ditakutkan akan membuat mandul kreativitas dan tentu saja juga akan merusak mental serta karakter mahasiswa itu sendiri. Nyakinlah satu hal, saat kembali di tengah-tengah masyarakat, sadar atau tidak kita akan dituntut pertanggungjawaban atas apa yang telah dipelajari di bangku kuliah dan prosesi pencapaian gelar sarjana. Bagi yang masih memegang prinsip hanya mengejar titel dan menganggap formalitas proses perkuliahan, mulai detik ini marilah

ketika logistik mengalahkan logika

Pergeseran budaya dalam dunia pendidikan tampaknya sudah mencapai ambang mengkhawatirkan. Hal ini bukan tidak beralasan jika dilihat dari stagnannya prestasi siswa dan mahasiswa yang merup akan cerminan profesionalitas kinerja dari seorang tenaga pendidik dan lembaga pendidikan. Kebanyakan guru dan dosen cenderung lebih memilih posisi aman dan nyaman di jalan pragmatik apalagi disaat mereka sudah menikmati berbagai fasilitas seperti pengangkatan, fungsional dan sertifikasi guru/dosen yang sejatinya sebagai stimulan kreatifitas dan pembaharuan disiplin keilmuan. Ujung-ujungnya era globalisasi dunia dijadikan kambing hitam dan bersembunyi dibalik efek negatif dunia cyber dikala membahas faktor-faktor dekadensi moral pemuda dan pelajar apalagi jika ada case-case menasional. Beginilah kalau kita lebih mengedepankan dan mementingkan logistik ketimbang logika. Wallahua'lam.