Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

The Power of Word

Salah satu sahabatku berkata "aku males ngobrol dengan dia, dia ngomongnya ceplas-celpos bahkan terkadang sangat cetus" sangkin kesalnya bahkan sampai ia pun menghujat. Mendengar ini aku hanya tidak bisa berkata banyak hanya sekedar mengucap "Sabar..." _______________ Memang, di sekeliling kita masih banyak orang-orang yang suli t mengendalikan lisannya. Sadar atau tidak, Kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki suatu kekuatan besar yang berdampak bagi diri kita sendiri dan orang lain. "Kata-kata" merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu tujuan. Jika kata-kata yang kita keluarkan bersifat positif maka tentu saja hasil dan pandangan orang juga akan positif dan begitu juga sebaliknya. Seorang pedagang harus mampu melobi dengan baik calon konsumennya. Seorang guru harus mampu berkomunikasi yang baik dalam mencapai tujuan prosesi kegiatan belajar mengajar di kelas. Seorang pendakwah harus ma

Aku Melihat Surga di Telapak Tangan mu

Di tengah perbincangan dengan teman-teman tentang pekerjaan rumah tangga, salah seorang teman ku bertanya apakah aku sudah punya mesin cuci. Aku jawab belum, sebab sudah 1 tahun terakhir ini aku menggunakan jasa tukang cuci untuk mencuci pakaian kerja dan mencuci sendiri pakaian anak-anak dengan tangan. Tapi sekarang aku hentikan dengan alasan upah yang terus naik dan bayi ku sudah cukup besar. Teman ku tadi sedikit terkejut mendengar kalau aku masih mencuci pakaian dengan tangan.Dia menyarankan untuk menggunakan mesin cuci karena bisa meringankan pekerjaan rumah tangga. Mesin cuci memang bukan barang mewah lagi kini, sudah banyak keluarga yang menggunakannya. Aku sendiri melihat teman-teman ku sudah menggunakannya bahkan di awal-awal pernikahan mereka. Sudah hampir 6 tahun aku menjalani karir sebagai ibu rumah tangga, tapi aku belum berfikir untuk menggunakannya karena suatu alasan. "aku melihat surga di telapak tangan mu..." kata suami ku sekitar 5 tah

Stop mengeluh di jejaring sosial

"Tren Social Media tidak hanya soal menaruh profil atau berkeluh kesah, tapi juga bisa digunakan sebagai media berbagi hal dan informasi yang bermanfaat", Singgih Wandojo _________________ Sudah fitrah manusia tak luput dari khilaf dan salah, dihimpit oleh beban hidup, ditimpah beranekaragam masalah, rasa ketakutan dan kecemasan. Seba gai makluk sosial, ia akan meruahkan segala rasa itu pada orang lain yang dianggapnya dapat memberikan solusi dan jalan terbaik. Lalu, bagaimana kalau ia publikasikan secara luas melalui update status?. Sebenarnya tidak ada larangan akan itu, selagi tidak melanggar norma-norma yang berlaku dan hukum positif dunia IT. Akan tetapi perlu diperhatikan sebesar apa manfaat dan solusi yang akan kita dapat, jangan sampai segala keluh kesah kita hanyalah menjadi konsumsi/tontonan publik dan muara terumbar aib. Bisa jadi aib tersebar bukan karena orang lain, tetapi karena kita sendiri yang tidak disadari melalui berbagi status.

Galau dan Bahagia

Galau dan bahagia memiliki perbedaan tipis yang sulit sekali tuk dibedakan apalagi yang menaunginya adalah orang-orang yang pandai malih rupa dan tingkah. Tidak sedikit kita temui orang yang berkata pusing tapi bibirnya tersenyum atau sebaliknya ia berkata senang namun wajahnya berduka. Ada juga orang yang rajin update status gambarkan keteguhan jiwa sembari mengajak tuk tabah tapi hatinya sendiri gundah-gulana, (mungkin saja jalan itu dipilih sebagai proses memantapkan hati dan beramal jariyah :) ). Galau dan bahagia memang susah dinilai namun dapat dirasakan tidak mesti melalui bahasa verbal namun bisa juga dengan pola aksara. Mungkin kalau melihat judulnya sih, saya termasuk orang yang pesimis atau jangan-jangan sedang galau juga hahaha (terserah.... sekarang era bebas berpendapat :) ), karena mendahulukan kata "Galau" ketimbang "Bahagia". Yang jelas saya memiliki alasan tersendiri karena mengambil sudut pandang akan rasio mengungkapk

Belajar dari Khadijah

Satu minggu setelah pernikahan adalah saat-saat tersulit dalam sebuah rumah tangga. Janur kuning telah layu, rumah sudah sunyi sepi, peralatan dapur telah kembali ke tempat penyimpanan semula dan tidak ada lagi berpasang-pasang mata yang antusias melihat kita. Bahkan keluarga dekat sekalipun tidak ada yang banyak bicara, semuanya akan terasa asing dan akan bertambah asing sa at pertama kali menginjakkan kaki di rumah mertua pasca menikah. Jika tidak siap, bisa saja memicu pertengkaran diawal-awal pernikahan. Saat berada dalam situasi keterasingan itulah, biasanya seorang istri membutuhkan suaminya untuk selalu memperhatikannya, memotivasinya sedangkan sang suami tampak terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya yang tertunda karena sekian lama ditinggalkan demi tahapan-tahapan acara pernikahan. Saat kita ingin dia selalu berada di sisi, dia ternyata sibuk dengan urusannya sendiri. Belum lagi masalah kontrakan pasca keluar dari rumah mertua dan berbagai hal lainnya. Ap

BEING A SANTRI. WHY NOT ?

Saat menjemput si sulung di sekolah, tak sengaja mendengar perbincangan dua orang ibu. " walau saya guru, saya masih bingung juga bagaimana harus mengajar anak saya" katanya. "saya salut dengan guru-guru yang TK yang begitu sabar mengajar anak-anak padahal rata-rata mereka masih lajang" lanjutnya lagi Ibu yang satu nya menimpali "eh bu, anAk guru gak berarti pintar kan, tetangga saya contohnya walau kedua orang tuanya guru tapi anak-anak nya gak ada yang pinter buktinya gak ada yang sekolah di negeri" "terus sekolah dimana bu?" tanya ibu yang pertama "semua anak nya sekolah di pondok pesantren" deg, ingin sekali aku menimpali jawaban ibu itu, emangnya anak yang sekolah di pesantren karena gak pinter. tapi ku urungkan karena si Ayuk sudah menarik-narik tas ku minta pulang. Prihatin dan sedih mendengar stigma negatif itu. begitu banyak orang yang masih menggangap kalau masuk pesantren itu dianggap tidak pintar, ter

LIFE IS A CHOICE

3 tahun lalu seorang guru warga negera Amerika homestay di rumah kami selama 1 minggu. Namanya Gayitri, walau lahir dan dibesarkan di Newyork dia tetap terlihat seperti orang India. Maklumlah dia memang warga negara Amerika keturunan India. Usianya 27 tahun kala itu, masih lajang dan sangat pintar. Dia pribadi yang hangat dan periang. Saya suka tawanya, terlihat elegan dan manis sekali. Suatu pagi disaat kami duduk di ruang tamu sambil sarapan pagi dia bertanya pada saya, pertanyaan yang tidak terduga. "Mengapa saya memakai jilbab" ku jawab dengan singkat "Karena itu kewajiban seorang perempuan muslim" dia bertanya lagi "kalau itu kewajiban mengapa ada perempuan muslim yang tidak memakai jilbab?". Lalu dia bercerita tentang pengalamannya seminggu sebelumnya saat berkunjung di Aceh. Dia melihat kebanyakan perempuan di sana memakai jilbab tetapi setelah ditanya banyak dari mereka mengaku terpaksa memakai jilbab karena diwajibkan oleh peme

Mungkinkah Menikah Tanpa Cinta?

Salah seorang teman saya yang masih lajang bertanya "Bagaimana kita bisa memiliki kemantapan hati untuk menikah dengan seseorang?, Apakah harus dengan adanya "KLIK" di hati atau yang biasa orang sebut "Chemistry?" Terus terang saya sendiri tidak paham bagaimana bentuk "Chemistry" itu. Apakah seperti cairan-cairan kimia yang ada di botol-botol laboratorium yang bera neka ragam warna, lalu mengalir ke hati kita? Saya tersenyum dikala itu... Ingin saya katakan jangan terlalu terpedaya dengan kata-kata pujangga. Sebab cinta sebelum menikah menyumbang sedikit saja dari kebahagiaan berumahtangga. Tidak sedikit keluarga yang berakhir pada perceraian walau mengaku telah 5-10 tahun saling mencinta sebelum menikah. Cinta terkadang hanya perasaan dangkal yang tak terduga. Adakalanya orisinil dan sangat dalam. Gelagat perasaan ini bisa saja semakin kuat, sehingga yang bersangkutan menganggapnya cinta suci yang tidak dimanipulasi padahal

Untuk Orang yang GALAU Terhadap Pernikahan

Saudariku... Pernikahan bukan tempat pelarian dari rasa takut dan kesepian. Pernikahan bukan satu-satunya jalan saat kita bermasalah dalam pergaulan. Pernikahan juga bukan solusi tepat saat kita merasa sendiri dan butuh teman curhat. Tapi, pernikahan adalah Ibadah... Sejatinya tujuan hidup kita di dunia ini adalah untuk beribadah dan sebagai muslimah di dalam sebuah ikatan pernikahanlah Ibadah itu bisa kita jalankan. Tidak salahnya mengejar karier setinggi langit. boleh saja jika kita ingin terkenal dan termashyur, atau menjadi seseorang yang dikagumi karena pandai berorasi. tapi ingatlah, fitrah kita ada di dalam sebuah keluarga... Dengan keridhoan suami lah hidup kita diridhoi Allah Dengan berjuang melahirkan buah hati... syuhadah bisa diraih Dengan berpeluh memasak untuk suami dan putra-putri... kita bisa dikatakan ummahat sejati Dengan terus bermujahadah menjadi motivator di belakang suami... seorang muslimah dimuliakan Dengan mendoakan, melayani dengan ikhl

Suatu Pagi di Sebuah Taman Kanak-Kanak

Setelah mengantar Si Ayuk ke kelasnya, kuputuskan untuk bergabung dengan sekelompok ibu-ibu yang sedang asyik ngobrol di bawah pohon. Aktifitas yang biasa dilakukan ibu-ibu sembari menunggu anak-anak pulang. Sepertinya obrolan mereka pagi itu sangat seru hingga suaranya jadi sedikit berisik. Aku duduk di bangku paling ujung sambil menyimak materi obrolan. "Bu Ani gak tau sih suami saya itu orang nya gimana" kata Bu Icha "Emang kenapa jeng? lebih parah ya dari suami saya? bu Ani menimpali "Kalau suami Bu Ani kan masih cukup muda, wajarlahlah masih suka pake jeans. Lah suami saya udah jelek, tua, selera fashion rendah, sakit-sakitan lagi, pokoknya gak banget deh. emang sih penyabar tapi suka nasehatin orang terus itu yang bikin sebel. gak boleh inilah, gak boleh itulah" Bu Icha menjawab dengan sedikit emosi "Kalau masalah fashion kan ada bu Icha yang bisa dandani? kali ini suara bu Risa "ah malas bu, suami saya didandani gimana

PROBLEMATIKA LAJANG

Aris, tetanggaku yang tinggal dikontrakan depan, masih bujangan, umur sekitar 30 lagi suntuk berat kayaknya. lagu "Avenged sevenfold" dia setel keras-keras sampai-sampai ibuk kos nya berteriak saking terganggunya. Agak aneh memang, karena nggak biasanya dia seperti itu. Karena penasaran aku coba suruh abi melihat ke kost nya. Gak disangka dia malah nongol ke rumah. "Ada apa Ris?" tanya ku "lagi galau umi" jawabnya "Bukannya katanya kemarin, udah mau lamaran. kok masih galau? tanya abi "itulah masalahnya, galau karena lamaran itu" "lamaran mu ditolak?" tanya ku "lamaran nya sih diterima, tapi fulus nya yang gak terima" "maksudnya?" "bapak nya minta mas kawinnya 5 suku, uang hadiah 25 juta belum lagi antar-antaran lengkap. katanya malu sama kelurga besarnya kalo mas kawinnya kecil. si Vita kan sarjana, masak cuma dikasih seperangkat alat sholat. umi tahu sendiri kerjaanku masih belu

OBROLAN DI DEPAN GEROBAK SAYUR

"udah berapa bulan mba' kandungannya?" tanyaku pada Anita (tetanggaku yang sedang mengandung anak pertamanya). "I-Allah bulan depan lahiran" katanya. Udah USG belum? laki apa perempuan?". dengan sumringah dia menjawab" I-Allah cowok". Bu Ami yang lagi sibuk pilih sayur jadi ikut nimbrung, "klo beneran cowok kasih nama Dude Herlino aja, biar ganteng". Bu Rina menimpali "jangan jeng, Diego Michel aja, kan keren tuh". Anita pun menimpali "nggak ah, maunya yang Islami Bu', kata ustad nama itu kan do'a". Aku jadi tertarik mengusulkan nama "gimana klo Ahmad, Muhammad, Abdurrahman?". "ah, udah biasa Umi, maunya yang Islami tapi gak pasaran". Ya udah biar meneladani Rasullulah kasih nama sifat-sifat beliau aja, Siddiq, Amanah, Fatonah...". belum selesai aku ngomong, Anita langsung memotong, "apa umi yang terakhir tadi?". "Fatonah". "gak mau a

Jodoh

Suatu pagi, datanglah salah satu sahabatku yang menceritakan perjalanan jodohnya, walau ia bercerita sambil tersenyum dan sesekali tertawa, namun terlihat jelas rasa risau dan kegalauannya. Sahabatku, Jan gan berputus asa dan Nyakinlah akan ketetapanNya . "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar Rum 21). dan, semoga syair lagu ini bisa sedikit mengobati rasa galau dan menjadi stimulan dalam pencarian : Bunga tidak sekuntum di dalam taman Kumbang tidak seekor yang akan datang Dunia tidak sebesar telapak tangan Janganlah kau risau tak dapat pasangan Angin segar bertiup pagi dan petang Jodoh pasti bertemu setiap insan Tak usah kau bersedih, kesal dan bimbang Pasti suatu hari jodoh akan dat

Puisi Belum Ada Judul

Duduk melamun sambil rangkai puisi tapi masih binggung dengan judul Hari ini aku melihatmu Berbingkai senyum yang sama dengan hari-hari yang lain Ketulusan yang tak pernah ku temui pada bening mata yang lain Selain matamu... Menatap kesederhanaan yang kau tampilkan Dalam setiap ucap dan tingkahmu Tapi tetap terasa indah Dibandingkan harmoni mozart sekalipun Mengiringi derai tawa dan canda, yang kau urai bersama 2 bidadari cinta kita Memudarkan letih dan penat hari-hariku Hari ini untuk kesekian kali, ingin ku tasbihkan dalam zikir sirr ku Dalam syukur yang kubingkai dalam diam dan doa yang kubisikkan perlahan... "Semoga Allah menaungi kita dalam barokah menuju syurgaNya..." _________ Dihaturi yang mau menyumbang judul tapi tetap dalam koridor seni dan syar'i ya :)

Pendamping wisuda belum tentu pendamping hidup

Salah satu teman kerjaku yang kebetulan dalam waktu dekat akan melaksanakan wisuda S1, saat ditanya bagaimana persiapan menjelang hari H. "Alhamdulillah semua lancar, tapi masih ada satu yang membuat hati galau?", "Apa itu...?", ia pun langsung menjawab "sampai sekarang aku belum punya PW " setengah meledek akupun langsung menimpali "oh.. belum punya ya... gawat kalau begitu.... lebih baik dicancel saja wisudanya sampai ada PW "

Qoute of the day (1)

“Setiap ungkapan yang terucap dibungkus oleh corak kalbu yang menjadi tempat keluarnya.” IBNU 'ATHO'ILLAH ASSAKANDARY __________________ Tak jarang kita temui orang-orang yang dalam tiap ucapannya hanya dipenuhi dengan hal-hal yang berbau mencela, menghina, membanggakan kebaikannya dan mengungkit-ungkit keburukan saudaranya, selalu berkeluh kesah dan menyakiti hati orang lain. Lisan adalah cerminan hati, jika ia baik maka Insyaallah hatinya pun baik tapi jika tidak, boleh jadi hatinya keruh karena tidak akan kita temui mata air yang jernih keluar dari liang penuh lumpur. Semoga kita tetap diberikan kebaikan dan kelembutan dalam lisan dan dijauhkan segala kedengkian dan penyakit hati, karena lisan adalah cerminan hati dan hati adalah cerminan jiwa. Jika lisan selalu menyakiti berarti ia kena penyakit hati dan jika hatinya sakit maka tentu saja jiwanya juga sakit, kalau jiwa sudah sakit berarti ia SAKIT JIWA alias ORANG GILA :)